Jadi vegan karena film?

Beberapa minggu lalu, akhirnya selesai juga nonton 3 film dokumenter di Netflix bertema  environmental documentary, vegan-movement atau apa namanya setelah hanya nangkring di my list. Kadang  memang film menimbulkan after-effect yang tak disangka, dan mungkin saya jadi salah satu korbannya, hahaha.

The Game Changers, What the Health, Cowspiracy

Serius setelah nonton film-film ini seperti jadi terbuka mata dan hati *halah, kalau sebenarnya memang kita ini yang berkontribusi paling besar atas akan climate change. Sampai post ini ditulis, freezer sudah bebas dari daging sapi/ayam beku diganti frozen berrry, manggo, sama tempe :mrgreen:,  karena terngiang salah satu statement yang makjleb banget :

“You can’t be an environmentalist and eat animal products. You can’t call yourself an environmentalist and eat meat.period.” – Howard Lyman

Meskipun fakta  yang disajikan di sana bisa jadi tidak 100% akurat dan bahkan misleading, tapi most of them make sense  dan cukup memotivasi  saya nya untuk paling tidak mengurangi konsumsi daging dan produk hewani.

Beruntungnya, karena sedang tinggal di negara yang daging halal tidak mudah dibeli di supermarket terdekat jadi makin memudahkan. Tapi mungkin nanti kalo pulkam di mana martabak, bebek, dan sate ayam tinggal pesen di app bisa beda cerita ya, :)).

Keranjang belanjaan sekarang isinya soy milk, tofu, mix nut, sayur dan buah. Ayam frozen, tuna kaleng, susu,  dan beberapa bahan hewani yang tersisa sudah pindah pemilik, dan browsingnya sekarang jadi resep-resep masakan dan jajanan vegan 😀

I can call myself  flexitarian for now cause becoming  a truly hard-core vegan need more effort. Masih susah melepaskan diri dari godaan cheese, roti, dan  telor 😀

Leave a comment